Anti Mikroba Praktikum Mikrobiologi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Mikroorganisme
sangat erat kaitannya dengan kehidupan kita, beberapa di antaranya bermanfaat
dan yang lain merugikan. Banyak di antaranya menjadi penghuni dalam tubuh
manusia. Beberapa mikroorganisme menyebabkan penyakit dan yang lain terlibat
dalam kegiatan manusia sehari-hari seperti misalnya pembuatan anggur, keju,
yogurt, produksi penicillin, serta proses-proses perlakuan yang berkaitan
dengan pembuangan limbah.
Mikroba ialah jasad renik yang
mempunyai kemampuan sangat baik untuk bertahan hidup. Mikroba mampu
beradaptasi dengan lingkungan yang sangat dingin hingga lingkungan yang
relative panas, dari ligkungan yang asam hingga basa. Antibakteri atau anti mikroba adalah bahan yang dapat membunuh atau menghambat
aktivitas mikroorganisme dengan bermacam-macam cara. Cara kerja zat-zat kimia
dalam menghambat atau mematikan mikroorganisme itu berbeda-beda, beberapa
diantaranya adalah mendenaturasi protein, merusak membran, mengganggu sintesis
protein, menghambat pembentukan dinding sel, dan lain-lain.
Metode uji sensitivitas bakteri
adalah metode cara bagaimana mengetahui dan mendapatkan produk alam yang
berpotensi sebagai bahan anti bakteri serta mempunyai kemampuan untuk
menghambat pertumbuhan atau mematikan bakteri pada konsentrasi yang rendah.
Melalui praktikum ini diharapkan praktikan mengetahui kemampuan
daya kerja antimikroba dan mempelajari
cara melakukan pengenceran serial dan menentukan jumlah bakteri dalam satu sampel dengan
metode hitungan cawan.
1.2 Rumusan Masalah.
Adapun
rumusan masalah pada praktikum kali ini yaitu
1. Bagaimana
kemampuan kerja antimikroba terhadap pertumbuhan bakteri ?
2. Bagaimana
cara untuk melakukan pengenceran serial ?
1.3 Tujuan.
Adapun
tujuan pada praktikum kali ini yaitu :
1. Dapat
mengetahui kemampuan daya kerja antimikroba
2. Dapat
mempelajari cara melakukan pengenceran serial
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anti
Mikroba
Sejarah
tentang mikroba dimulai dengan ditemukannya mikroskop oleh Leeuwenhoek
(1633-1723). Mikroskop temuan tersebut masih sangat sederhana, dilengkapi satu
lensa dengan jarak fokus yang sangat pendek, tetapi dapat menghasilkan bayangan
jelas yang perbesarannya antara 50-300 kali. Mikroba ialah jasad renik yang
mempunyai kemampuan sangat baik untuk bertahan hidup. Jasad tersebut dapat
hidup hamper di semua tempat di permukaan bumi. Mikroba mampu beradaptasi dengan
lingkungan yang sangat dingin hingga lingkungan yang relative panas, dari
ligkungan yang asam hingga basa. Berdasarkan peranannya, mikroba dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu mikroba menguntungkan dan mikroba merugikan (Hadioetomo,
1993).
Antibakteri
atau antimikroba adalah bahan yang dapat membunuh atau menghambat aktivitas
mikroorganisme dengan bermacam-macam cara. Senyawa antimikroba terdiri atas
beberapa kelompok berdasarkan mekanisme daya kerjanya atau tujuan
penggunaannya. Bahan antimikroba dapat secara fisik atau kimia dan berdasarkan
peruntukannya dapat berupa desinfektan, antiseptic, sterilizer, sanitizer dan
sebagainya (Djide, 2005).
Antibiotik
adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri yang memiliki
khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman-kuman sedangkan
toksisitasnya bagi manusia relatif kecil. Para peneliti diseluruh dunia
memperoleh banyak zat lain dengan khasiat antibiotik namun berhubung dengan
adanya sifat toksis bagi manusia, hanya sebagian kecil saja yang dapat
digunakan sebagai obat diantaranya adalah streptomycin vial injeksi,
Tetrasiklin kapsul, Kanamicin kapsul, Erytromicin kapsul, Colistin
tablet, Cefadroxil tablet dan Rifampisin kapsul (Lay., 1994).
Antibiotik
digunakan untuk membasmi mikroba penyebab terjadinya infeksi. Gejala infeksi
terjadi akibat gangguan langsung oleh mikroba dan berbagai zat toksik yang
dihasilkan mikroba. Pada dasarnya suatu infeksi dapat ditangani oleh sistem
pertahanan tubuh, namun adakalanya sistem ini perlu ditunjang oleh penggunaan
antibiotik. Antibiotik yang digunakan untuk membasni mikroba penyebab infeksi
pada manusia, harus memiliki sifat toksisitas selektif. Artinya antibiotik
harus bersifat toksik untuk mikroba, tetapi relatif tidak toksik untuk hospes.
Toksisitas selektif tergantung kepada struktur yang dimiliki sel bakteri dan
manusia misalnya dinding sel bakteri yang tidak dimiliki oleh sel manusia,
sehingga antibiotik dengan mekanisme kegiatan pada dinding sel bakteri
mempunyai toksisitas selektif relatif tinggi (Hadioetomo, 1990).
2.2
Jenis-Jenis Anti Mikroba
Formalin merupakan suatu larutan
formaldehid 40% yang merupakan desinfektan yang banyak sekali digunakan untuk
membunuh bakteri, virus, dan jamur. Formalin tidak biasa digunakan untuk
jaringan tubuh manusia, kecuali untuk
menyimpan kadaver. Formalin banyak dipergunakan untuk merendam bahan-bahan
laboratorium, alat-alat seperti gunting, sisir, dan lain-lainnya pada para ahli
kecantikan Dari hasil pengamatan diperoleh hasil bahwa bahan antimikroba yang
memiliki zona bening terluas adalah formalin 70% baik itu pada bakteri Aeromonas
hydriphila maupun Bacillus sp.. Luas zona bening formalin pada A.
hydrophila tidak dapat diukur karena zona yang terbentuk terlalu besar dan
keluar dari diagram untuk zona formalin sehingga zona beningnya terpotong oleh
tepian cawan yang berbentuk lingkaran (Gabriel, 1988).
Penisilin merupakan antibiotika yang
dihasilkan oleh jamur Penicillium yang ditemukan oleh A. Fleming
pada tahun 1929. Penisilin bekerja dengan mempengaruhi dinding sel
bakteri. Mekanisme kerja penisilin menggangu pembentukan dinding sel terutama
pada tahap terakhir. Penggunaan penisilin ini dapat menyebabkan terbentuknya
sferoplas, yakni bakteri tanpa dinding sel atau bakteri bentuk L (Waluyo 2007).
Berdasarkan hasil pengamatan zona bening terluas setelah formalin adalah
penisilin. Luas zona bening penisilin lebih besar pada bakteri Bacillus sp.
dibandingkan dengan bakteri A. hydrophila. Hal ini menunjukkan bahwa
bakteri A. hydrophila lebih tahan terhadap antibiotik penisilin
dibandingkan dengan bakteri Bacillus sp. A. hydrophila lebih
tahan terhadap penisilin karena antimikroba tersebut merupakan antimikroba
pertama yang ditemukan sehingga sering digunakan untuk mengobati penyakit yang
disebabkan oleh A. hydrophila yang menyebabkan bakteri tersebut menjadi
lebih resisten terhadap penisilin (Dwidjoseputro, D., 1990).
Meniran merupakan bahan fitofarmaka
yang dapat digunakan dalam berbagai hal yaitu sebagai penurun kadar gula,
anti bakteri, diuretik, anti diare. Meniran herbal banyak mengandung bahan
kimia seperti lignan yang terdiri dari phylanthine, hypophyllanthin,
phyltetralin, lintretalin, nirathin, nitretalin, nirphylline, nirurin, dan
nirurisida. Terpen terdiri dari cymene, limonene, lupeol, dan lupeol acetat.
Flavonoid terdiri dari quercitrin, isoquercitrin, astragalin, rutine, dan
physetinglucosida. Falvonoid pada meniran banyak ditemukan pada bagian akar dan
daun. Lipid terdiri dari ricinoleic acid, dotriancontanoic acid, linoleic acid,
dan linolenic acid. Benzenoid berupa methylsalicilat. Dari kelompok alkaloid
ditemukan securinine, norsecurinine dan phylanthoside. Sedangkan dari kelompok
steroid ditemukan senyawa estradiol dan sitosterol . Kandungan flavonoid yang
terdapat pada meniran berfungsi sebagai antibakteri dan antioksidan serta mampu
meningkatkan kerja sistem imun karena leukosit sebagai pemakan antigen lebih
cepat dihasilkan dan sistem lifoid lebih cepat. Kandungan alkaloid pada meniran
bersifat toksik terhadap mikroba, sehingga efektif membunuh bakteri dan virus.
Alkaloid berfungsi sebagai antibakteri yang dapat menghambat pertumbuhan
bakteri gram positif dan bakteri gram negatif. Saponin yang terdapat dalam
meniran juga bertindak sebagai antibakteri karena memiliki kemampuan dalam menghambat
fungsi membran sel sehingga merusak permeabilitas membran yang mengakibatkan
dinding sel rusak atau hancur (Lay., 1994).
2.3 Sensitivitas Anti Mikroba
Berdasarkan
sasaran tindakan antibiotik terhadap mikroba maka antibiotik dapat
dikelompokkan menjadi lima golongan yaitu antibiotik penghambat sintesis
dinding sel mikroba, antibiotik yang termasuk kelompok ini ialah penisilin,
sefalosporin, basitrasin, dan vankomisin. Yang kedua yaitu antibiotik
penghambat sintesis protein sel mikroba, antibiotik yang termasuk kelompok ini
ialah golongan aminoglikosida, makrolida, kloramfenikol, linkomisin dan
tetrasilin. Yang ketiga yaitu antibiotik penghambat sintesis asam nukleat sel
mikroba, antibiotik yang termasuk kelompok ini ialah rifampisin dan golongan
kuinolon. Keempat yaitu antibiotik pengganggu fungsi membran sel mikroba,
antibiotik yang termasuk kelompok ini ialah golongan polien. Dan yang kelima
yaitu antibiotik penghambat metabolisme mikroba, antibiotik yang termasuk
kelompok ini ialah sulfonamida, trimetoprin dan asam p-amino salisilat. Sensitivitas bakteri terhadap
antibiotik tergantung kapada kemampuan antibiotik tersebut untuk menembus
dinding sel bakteri (Suriawiria,
1985).
Sensitifitas
menyatakan bahwa uji sentifitas bakteri merupakan suatu metode untuk menentukan
tingkat kerentanan bakteri terhadap zat antibakteri dan untuk mengetahui
senyawa murni yang memiliki aktivitas antibakteri. Sensitivitas bakteri
terhadap antibiotik tergantung kapada kemampuan antibiotik tersebut untuk
menembus dinding sel bakteri. Antibiotik lebih banyak yang efektif bekerja
terhadap bakteri Gram positif karena permeabilitas dinding selnya lebih tinggi
dibandingkan bakteri Gram negatif. Jadi suatu antibiotik dikatakan mempunyai
spektrum sempit apabila mampu menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif,
sedangkan antibiotik berspektrum luas jika pertumbuhan bakteri Gram positif dan
bakteri Gram negatif dapat dihambat oleh antibiotik tersebut (Dwidjoseputro,
D., 1990).
Metode Uji
sensitivitas bakteri adalah metode cara bagaimana mengetahui dan mendapatkan
produk alam yang berpotensi sebagai bahan anti bakteri serta mempunyai
kemampuan untuk menghambat pertumbuhan atau mematikan bakteri pada konsentrasi
yang rendah. uji sentivitas bakteri merupakan suatu metode untuk menentukan tingkat
kerentanan bakteri terhadap zat antibakteri dan untuk mengetahui senyawa murni
yang memiliki aktivitas antibakteri. Seorang ilmuan dari perancis menyatakan
bahwa metode difusi agar dari prosedur Kirby-Bauer, sering digunakan untuk
mengetahui sensitivitas bakteri. Prinsip dari metode ini adalah penghambatan
terhadap pertumbuhan mikroorganisme, yaitu zona hambatan akan terlihat sebagai
daerah jernih di sekitar cakram kertas yang mengandung zat antibakteri.
Diameter zona hambatan pertumbuhan bakteri menunjukkan sensitivitas bakteri
terhadap zat antibakteri. Selanjutnya dikatakan bahwa semakin lebar diameter
zona hambatan yang terbentuk bakteri tersebut semakin sensitive (Suriawiria,
1985).
BAB
III
METODOLOGI
3.1 Waktu
dan tempat
Praktikum mikrobiologi tentang
antimikroba dilakukan pada 4 April 2014,
pukul 15.00 - selesai di Laboratorium Dasar
Universitas Muhammadiyah Pontianak.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1.
Alat
No
|
Nama alat
|
Jumlah
|
1.
|
Batang penyebar
|
1
|
2.
|
Bunsen
|
2
|
3.
|
Erlenmeyer
|
2
|
4.
|
Pinset
|
2
|
5.
|
Pipet steril
|
2
|
3.2.2.
Bahan
No
|
Nama bahan
|
Jumlah
|
1.
|
Biakan cair bakteri aeromonas dan kapuas
|
Secukupnya
|
2.
|
Kertas cakram
|
Secukupnya
|
3.
|
Larutan fisiologis
|
Secukupnya
|
4.
|
Larutan jahe
|
Secukupnya
|
5.
|
Larutan bawang putih
|
Secukupnya
|
6.
|
Larutan kunyit
|
Secukupnya
|
7.
|
petri mediam NB
|
2
|
3.3 Cara Kerja
|
|
||||

![]() |
|
|

![]() |
|
|

![]() |
|||
![]() |
BAB
IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Tabel 1
Media/sampel
|
Sampel Anti mikroba
|
|||
Jahe
|
kunyit
|
Bawang putih
|
Fisiologis(FS)
|
|
Media cawan Petri 10-5 (Aeromonas
)
|
55 mm
|
52,5 mm
|
80 mm
|
82,5 mm
|
Media cawan Petri 10-2 ( Aeromonas)
|
68,25 mm
|
8,5 mm
|
41,25 mm
|
5,5 mm
|
4.1.2 Tabel 2
Media/sampel
|
Sampel Adu bakteri
|
|||
Fisiologis(fs)
|
galon
|
kolam
|
kapuas
|
|
Media cawan Petri 10-5 (Aeromonas
)
|
-
|
-
|
40 mm
|
67,5 mm
|
Media cawan Petri 10-2 (Aeromonas)
|
-
|
37,25mm
|
33,625 mm
|
20,25 mm
|
4.1.3 Perhitungan
:
Tabel 1
A.
Media
Cawan Petri 1
1.
Sampel antimikroba fisiologis
90+70+100+70/4=82,5 mm
2. Sampel anti mikroba bawang putih
100+50+70+100/4=80
mm
3. Sampel anti mikroba kunyit
90+50+40+30/4=52,5
mm
4. Sampel anti mikroba jahe
100+50+40+30/4=55
mm
B.
Media
Cawan Petri 2
1. Sampel
antimikroba kolam
60+40+30+30/4=40 mm
2. Sampel
antimikroba kapuas
110+50+60+50/4=67,5mm
4.2. Pembahasan
4.2.1. Anti
Mikroba
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukannya, pada
kali ini akan dibahas mengenai percobaan tentang Anti mikroba. Tujuan dari
praktikum ini adalah mengetahui kemampuan daya kerja antimikroba, mempelajari
cara melakukan pengenceran serial. Prinsip dari percobaan ini adalah
penghambatan terhadap pertumbuhan mikroorganisme, yaitu zona hambatan akan
terlihat sebagai daerah jernih di sekitar daerah yang mengandung zat
antibakteri. Diameter zona hambatan pertumbuhan bakteri menunjukkan
sensitivitas bakteri terhadap zat antibakteri. Selanjutnya dikatakan bahwa
semakin lebar diameter zona hambatan yang terbentuk bakteri tersebut semakin
sensitif.
Antimikroba
adalah bahan yang dapat membunuh atau menghambat aktivitas mikroorganisme
dengan bermacam-macam cara. Senyawa antimikroba terdiri atas beberapa kelompok
berdasarkan mekanisme daya kerjanya atau tujuan penggunaannya. Bahan
antimikroba dapat secara fisik atau kimia dan berdasarkan peruntukannya dapat
berupa desinfektan, antiseptic, sterilizer, sanitizer dan sebagainya.
Percobaan
Antimikroba ini menggunakan media NB (natrium Broth). Media NB ini merupakan
media yang dibuat dalam bentuk cair dan digunkan untuk tempat pertumbuhan
bakteri atau mikroba. Proses pembuatan media NB,dimulai dengan NB ditimbang
sebanyak 3,25 gram dengan aquadest sebanyak 250 ml. Setelah itu, disiapkan water bath yang telah berisi air,
setelah itu, ditekan tombol ON untuk menghidupkan water bath, karena untuk menunggu air di dalam water bath
mendidih, setelah mendidih, media NB dan air dimasukkan kedalam gelas
erlenmeyer kemudian diaduk dengan rata menggunakan batang pengaduk. Setelah
itu, gelas erlenmeyer yang telah berisi media NB dimasukkan kedalam water bath yang telah mendidih airnya
ini bertujuan untuk mempercepat menghomogenkan media NB dengan air. Setelah 90
menit, diangkat gelas erlenmeyer tersebut, dan diletakkan di tempat yang telah
disterilkan. Setelah itu, dibiarkan selama beberapa menit, dimasukkan gelas
erlenmeyer ke dalam autoclave untuk disterilkan. Setelah disterilkan,
dikeluarkan gelas erlenmeyer tersebut dan di letakkan di atas meja yang telah
steril selama beberapa menit sampai media NB tersebut sudah keadaan hangat,
karena untuk menjaga kesterilannya, media
NB tersebut di masukkan ke dalam kulkas sebab penggunaanya di pakai saat
dalam percobaan antimikroba. Setelah NB dibuat, kami melanjutkan
langkah-langkah berikutnya, yaitu disiapkan 6 erlenmeyer berukuran kecil.
Disiapkan media NB (yang telah dibuat) sebanyak 250 ml. Setelah itu dimasukkan
media NB sebanyak 40 ml untuk 5 gelas erlenmeyer, sedangkan sebanyak 50 ml
untuk 1 gelas erlenmeyer. Setelah media di masukkan ke dalam gelas erlenmeyer,
untuk gelas erlenmeyer yang berisi 40 ml diisolatkan bakteri dari media miring
dengan menggunakan jarum ose bulat yang telah di steril ke dinding erlenmeyer
dengan posisi miring, setelah itu, gelas erlemneyer digoyang-goyang sehingga
mengenai bakteri yang telah diisolatkan ke dinding erlenmeyer dan untuk gelas
erlenmeyer yang berisi media sebanyak 50 ml dicampurkan dengan bakteri
aeromonas sebanyak 1 tabung reaksi. Setelah itu, semua gelas erlenmeyer ditutup
dengan aluminium foil dan di bawa ke laboratorium basah. Setelah sampai di
laboratorium basah, telah disiapkan aquarium yang berisi air dan semua gelas
erlenmeyer tersebut diikat mulutnya dengan menggunakan karet gelang agar dapat
digantung didalam aquarium dipompa dengan tujuan agar bakteri tersebut dapat
berkembang biak di dalam media cair dan dapat mereplikasi bakteri selama 24 jam
dengan suhu 290C. Setelah 24 jam, semua gelas erlenmeyer tersebut
keruh itu berarti semua bakteri tersebut telah berkembang biak di media NB
tersebut, diambil semua gelas erlenmeyer, dan di bawa kembali ke laboratorium
terpadu untuk dimasukkan ke dalam tabung reaksi untuk setiap 6 gelas erlenmeyer
tersebut. Setelah itu, dimasukkan ke dalam sentrifius dengan kecepatan
7000-10.000 rpm selama 15 menit dengan tujuan agar mendapatkan endapan atau
dapat memisahkan antara media NB dengan bakteri yang telah berkembang biak di
dalam media NB tersebut.
Selama
tabung reaksi di sentrifius, disiapkan tabung mikro kemudian diisi dengan
larutan fisiologis sebanyak 900 µl. Setelah terdapat endapan, media NB di
tabung reaksi di buang hingga yang tersisa ialah hanya endapan tersebut.
Setelah dibuang, endapan tersebut ditambahkan dengan larutan fisiologis
sebanyak 100 µl. Setelah itu, endapan yang telah ditambahkan dengan larutan
fisiologis di vortex mixer selama 3 menit dengan tujuan supaya antara endapan
dengan larutan fisiologis tercampur atau homogen. Setelah divortex mixer,
larutan tersebut diambil menggunakan mikropipet sebanyak 100 µl, kemudian
dimasukkan ke dalam tabung mikro dengan 10-1 yang telah diisi oleh larutan
fisiologis. Setelah itu dilakukan pengenceran selama 3 kali. Setelah dimasukkan
ke dalam tabung mikro 10-1, tabung tersebut di vortex selama 3 menit
dengan tujuan menghomogenkan larutan tersebut untuk mendapatkan pengenceran
yang kedua. Setelah itu, larutan tersebut diambil dengan menggunakan mikropipet
sebanyak 100 µl, kemudian di masukkan kembali ke tabung mikro 10-2,
setelah itu di vortex kembali untuk mendapatkan pengenceran yang ketiga.
Setelah itu, diambil larutan tersebut dengan menggunakan mikropipet sebanyak
100 µl, kemudian dimasukkan kedalam tabung mikro 10-3, setelah itu
divortex kembali untuk mendapatkan pengenceran yang keempat. Setelah itu,
diambil larutan tersebut dengan menggunakan mikropipet sebanyak 100 µl,
kemudian dimasukkan ke dalam tabung mikro 10-4, setelah itu divortex
kembali selam 3 menit. Setelah itu pengenceran selesai dan akan dilakukan
dengan perlakuan yang sama untuk setiap sampel yang dipakai.
Percobaan
antimikroba ada menggunakan bebrapa antimikroba dari ekstrak kunyit, jahe,
bawang putih, serta larutan fisiologis dan perlakuan yang kedua antimikroba
antara bakteri aeromonas dengan 3 sampel antimikroba bakteri dengan pengeceran
yang berbeda-beda. Proses percobaan
antimikroba dimulai dengan disiapkan media cawan petri yang telah steril dengan
di bagian dasarnya telah dibagi menjadi 4 bagian. Setelah itu, diambil sampel
bakteri (suspensi bakteri Aeromonas
), diteteskan ke media NA dan kemudian di sebar secara merata dengan
menggunakan batang penyebar yang telah steril dengan pijaran api bunsen.
Setelah itu, diambil kertas cakram dengan menggunakan pinset, kemudian
dicelupkan kertas cakram 1 di larutan fisiologis, dicelupkan kertas cakram 2 di
larutan antimikroba(larutan kunyit), dicelupkan kertas cakram3 di larutan
antimikroba(larutan jahe ) dan dicelupkan kertas cakram 4 di larutan
antimikroba (larutan bawang putih) selama 3 menit. Setelah dicelupkan,
diletakkan pada cawan petri dengan bagian yang telah ditentukan dengan jarak
yang sama. Setelah itu, dibungkus media cawan petri dengan menggunakan kertas
agar tidak terkontaminasi dengan lingkungan luar. Setelah itu, diberi
label(nama,keterangan). Setelah itu, dimasukkan ke dalam inkubator dengan suhu
370C selama 24 jam. Setelah 24 jam, diamati
pertumbuhan yang terjadi dan diukur diameter zona bening yang timbul.
Hasil dari
pengamatan dari percobaan anti mikroba menunjukkan bahwa zona bening yang
terbesar berada pada sampel media aeromonas dengan pengenceran pada antimikroba
bawang putih. Kandungan Bawang putih mengandung minyak atsiri yang sangat
mudah menguap di udara bebas. Minyak atsiri dari senyawa ini diduga mempunyai
kemampuan sebagai antibakteri dan antiseptik. Bawang putih mengandung beberapa
senyawa aktif Alisin mempunyai daya
antibakteri dan antiradang. Anti mikroba yang lain adalah jahe, kunyit dan
larutan fisiologis. Kunyit mengandung komponen aktif kurkumin yang
memiliki sifat antibakteri. Komposisi dari kurkumin memiliki khasiat
dapat memperlancar sekresi empedu. Pada tanaman jahe terdapat rimpang
jahe mengandung senyawa-senyawa kimia dari golongan
fenol (diantaranya adalah gingerol, shogaol, dan zingeron) yang bersifat antimikroba. jahe yang merupakan jenis tanaman paling
penting dan memiliki banyak manfaat. Jahe memiliki aktivitas antimikroba yang
dapat digunakan untuk menekan pertumbuhan bakteri. Larutan fisiologis adalah larutan yang digunakan untuk
mengencerkan contoh pada analisis mikrobiologi. Pengenceran dilakukan untuk
memperoleh contoh dengan jumlah mikroba terbaik untuk dapat dihitung.
Selain penggunaan antimikroba, dalam pengambilan sampel
digunakan kertas cakram. Kertas cakram haruslah berada dalam keadaan steril dan
tidak terpengaruh oleh kontaminasi dari lingkungan luar. Kertas cakram
merupakan kertas berukuran kecil yang berbentuk bulat dengan lempengan dan
memiliki pori-pori kecil. Pori-pori kecil dapat menyerap larutan yang kemudian menempel
atau membasahi kertas cakram dalam pengambilan sampel.
4.2.2.Adu
Bakteri
Selain pengamatan pada anti mikroba, percobaan
dilanjutkan dengan adu bakteri. Percobaan ini hampir sama dengan anti mikroba
tetapi perbedaannya terdapat pada larutan sampel yang digunakan. Larutan sampel
yang digunakan adalah larutan fisiologis, bakteri usus, kolam dan Kapuas.
Adapun
proses pelaksanaan percobaan adu bakteri dimulai dengan disiapkan media cawan
petri yang steril dan dibagian dasarnya telah di bagi menjadi 4 bagian. Setelah
itu, diambil sampel bakteri (suspensi bakteri Aeromonas ),diteteskan ke media NA dan kemudian disebar secara
merata dengan batang penyebar yang telah disterilkan dengan pijaran api bunsen.
Setelah itu, diambil kertas cakram dengan menggunakan pinset, kemudian
dicelupkan kertas cakram 1 di larutan fisiologis, dicelupkan kertas cakram 2 ke
tabung mikro dengan sampel bakteri kapuas, dicelupkan kertas cakram 3 ke tabung
mikro dengan sampel bakteri dan dicelupkan kertas cakram 4 ke tabung mikro
dengan sampel bakteri usus selama 3 menit. Setelah dicelupkan, diletakkan pada
cawan petri dengan bagian yang telah ditentukan dengan jarak yang sama. Setelah
itu, dibungkus media cawan petri dengan menggunakan kertas agar tidak
terkontaminasi dengan lingkungan luar. Setelah itu, diberi
label(nama,keterangan) agar mudah di kenal. Setelah itu, dimasukkan ke dalam
inkubator dengan suhu 370C
selama 24 jam. Setelah 24 jam, diamati pertumbuhan yang terjadi dan
diukur diameter zona bening yang timbul.
Hasil
pengamatan menunjukkan bahwa bakteri banyak tumbuh pada sampel sungai kapuas. Bakteri kapuas menang dari Aeromonas pada larutan
fisiologis. Pada galon dan fisiologis tidak mempunyai zona bening.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan
hasil dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa, praktikan
dapat memahami percobaan
anti mikroba dan adu bakteri dengan melihat zona bening yang dihasilkan. antimikroba
adalah bahan yang dapat membunuh atau menghambat aktivitas mikroorganisme. Pada adu bakteri sampel yang digunakan yaitu, air sungai kapuas, air
fisiologis, air kolam dan air galon, sedangkan pada uji biokimia digunakan
sampel berupa larutan fisiologis, larutan bawang putih, larutan kunyit, dan
larutan jahe.
5.2 Saran
Pada
praktikum ini kondisi ruangan dan alat serta bahan harus dalam keadaan steril
agar didapatkan hasil yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Djide, Natsir. 2005. Penuntun Praktikum Instrumentasi Mikrobiologi farmasi Dasar Jurusan Farmasi.
Makassar: Universitas
Hasanuddin.
Dwidjoseputro, D.1990. Dasar-dasar Mikrobiologi, Malang: Djambatan.
Hadioetomo, Ratna Siri. 1993. Mikrobiologi Dasar
dalam Praktek. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Hadioetomo, Ratna S.1990. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek Jilid II. Jakarta: PT Gramedia.
Lay, Bibiana W. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Lay, Bibiana W dan Sugyo H., 1992, Mikrobiologi, CV.
Rajawali : Jakarta.
Gabriel, J.F. 1988. Fisika Kedokteran. Jakarta: EGC.
Suriawiria, Unus. 1986. Pengantar Mikrobiologi Umum. Bandung: Angkasa.
0 komentar