Video ini performance pertama di outdoor loh guys, kesan pertamanya sih ya pastinya deg-degan gitu. Tapi tetep sok biasa biasa aja. Keep calm dong ya haha. Nih liat aja videonya ! Check this out :)
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Proses pembelajaran yang
dilakukan oleh banyak oleh tenaga pendidik saat ini cenderung pada pencapaian
target materi kurikulum, lebih mementingkan pada penghafalan konsep bukan pada
pemahaman. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran dalam kelas
yang selalu didominasi oleh guru, dengan demikian suasana pembelajaran menjadi
tidak kondusif sehingga siswa menjadi pasif.
Pada awal pembelajaran standar kompetensi memahami teori evolusi beserta bukti-buktinya belum
menunjukkan hasil seperti yang diharapkan. Hal ini
mungkin disebabkan karena metode pembelajaran sebelumnya yang
digunakan kurang tepat atau sesuai. Data hasil tes formatif pertama dari 35 siswa
menunjukkan bahwa yang tuntas hanya 10
siswa atau 28,57%
dengan batas tuntas
apabila setiap
siswa telah menguasai materi pembelajaran masing-masing kompetensi dasar 70% atau mendapat
nilai minimal 70.
Berdasarkan uraian tersebut, mendorong
peneliti untuk lebih meningkatkan hasil belajar siswa dengan menerapkan metode belajar kooperatif Jigsaw, dan dalam
proses
pembelajaran memotivasi siswa untuk berperan
secara aktif dan kreatif dalam
menyelesaikan tugas-tugas maupun berdiskusi kelompok. Dengan penerapan
metode belajar kooperatif Jigsaw dalam
proses pembelajaran diharapkan kesulitan yang
dihadapi siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas atau sub
bab yang diberikan, sehingga hasil
belajar siswa dapat optimal.
Untuk meningkatkan hasil belajar siswa
perlu diadakan perubahan metode belajar yang digunakan siswa dalam proses pembelajaran. Aktivitas siswa dalam
proses
pembelajaran sangat berpengaruh pada hasil belajar siswa itu sendiri,
oleh karena
itu
selama proses pembelajaran berlangsung
keterlibatan siswa secara
aktif dalam menyelesaikan tugas maupun berdiskusi kelompok akan menunjang
pencapaian
hasil
belajar sesuai dengan yang diharapkan.
Pembelajaran
dengan menggunakan model Jigsaw materi yang dipelajari biasanya berbentuk
narasi tertulis dan tujuan pembelajarannya lebih diutamakan untuk penguasaan
konsep daripada penguasaan kemampuan. Pengajaran materi Jigsaw biasanya berupa
sebuah bab, narasi atau diskripsi yang sesuai. Para siswa bekerja dalam
sebuah tim yang heterogen, diberikan tugas membaca, memahami, mendiskusikan dan
menyampaikan materi kepada rekan yang lain.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam
penelitian ini antara lain :
1. Bagaimana
menerapkan pembelajaran dengan metode Jigsaw pada materi Evolusi kelas XII di SMA Negeri 4 Pontianak ?
2. Apakah
metode Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam
proses pembelajaran ?
1.3 Tujuan
Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk :
1. Menerapkan
pembelajaran dengan metode Jigsaw pada materi Evolusi kelas XII di SMA Negeri 4 Pontianak.
2. Meningkatkan
hasil belajar siswa dengan
menggunakan metode pembelajaran Jigsaw.
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat
Praktis
Adapun manfaat yang
dapat diambil dari penelitian tindakan kelas ini adalah :
1. Bagi
siswa
a) Meningkatkan aktivitas belajar siswa, sehingga meningkatkan hasil belajar siswa
b) Meningkatkan
keterampilan berkomunikasi dan bersosialisasi untuk pengalaman belajar dan
pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa.
c) Melatih
keberanian dan tanggung jawab siswa untuk mengajarkan materi yang telah ia
dapat kepada anggota kelompok lain.
d) Melatih siswa untuk berpikir kritis, kreatif dan inovatif
dalam menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi
e) Meningkatkan
kerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang di tugaskan.
f) Meningkatkan
rasa tanggung jawab siswa terhadap pemahaman pembelajaran materi untuk dirinya
sendiri dan orang lain.
2. Bagi
guru
a) Guru
dapat menerapkan metode pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan prestasi
belajar siswa.
b) Guru
dapat mengembangkan metode dan model pembelajaran yang interaktif dan
menyenangkan
3. Bagi sekolah
a) Dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilaksanakan disekolah
b) Meningkatkan
kompetensi dan prestasi sekolah
1.4.2 Manfaat
Teoritis
Merupakan
sumbangan pemikiran dalam dunia pendidikan pada mata pelajaran IPA khususnya
pada materi Evolusi, dan sebagai bahan atau referensi bagi para peneliti yang
ingin mengembangkan dunia pendidikan.
1.5 Definisi Operasional
1.5.1 Hasil
Belajar
Hasil
belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah terjadinya proses
pembelajaran yang ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru setiap
selesai memberikan materi pelajaran pada satu pokok bahasan.
1.5.2 Jigsaw
Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan
model pembelajaran kooperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang
terdiri dari 4-6 orang secara heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan
yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang
harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada kelompok yang lain.
1.5.3 Evolusi
Perubahan-perubahan
yang terjadi pada makhluk hidup dari zaman ke zaman dipelajari dalam suatu
teori yang disebut teori evolusi. Evolusi dalam biologi berarti proses kompleks
pewarisan sifat organisme yang berubah dari generasi ke generasi dalam kurun
waktu jutaan tahun. Evolusi mempelajari bagaimana spesies baru dapat muncul
dari berbagai spesies tumbuhan dan hewan dalam jangka waktu tertentu. Evolusi
juga mempelajari bagaimana spesies-spesies yang berbeda dapat memiliki
kekerabatan.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
2.1 Belajar dan Pembelajaran
2.1.1 Belajar
Cronbach menyatakan bahwa belajar itu merupakan perubahan tingkah laku
sebagai hasil dari pengalaman. Menurut Cronbach bahwa belajar yang
sebaik-baiknya adalah dengan mengalami sesuatu yaitu menggunakan panca indra.
Dengan kata lain, bahwa belajar adalah suatu cara mengamati, membaca, meniru,
mengintiminasi, mencoba sesuatu, mendengar, dan mengikuti arah tertentu
(Riyanto, 2012).
Menurut Gagne dinyatakan bahwa belajar merupakan kecenderungan perubahan
pada diri manusia yang dapat dipertahankan selama proses pertumbuhan. Hal ini
dijelaskan kembali oleh Gagne bahwa belajar merupakan suatu peristiwa yang
terjadi di dalam kondisi-kondisi tertentu yang diamati, diubah, dan dikontrol
(Riyanto, 2012).
Hergenhahn dan Olson (1993) berpendapat
bahwa belajar adalah sebagai perubahan yang relatif tetap di dalam perilaku
atau perilaku potensial sebagai hasil dari proses pengalaman dan bukan atribut
dari perubahan atau pertumbuhan kondisi fisik yang diakibatkan oleh sakit,
keletihan atau obat-obatan (Mularsih, 2010).
2.1.2 Pembelajaran
Menurut
Muhaimin (dalam Riyanto, 2002) pembelajaran adalah upaya membelajaran siswa
untuk belajar. Kegiatan pembelajaran akan melibatkan siswa mempelajari sesuatu
dengan cara efektif dan efisien.
Pembelajaran
adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Dalam
definisi ini terkan-
dung makna bahwa dalam pembelajaran ada kegiatan
memilih, menetapkan, dan mengembangkan metode atau
strategi yang optimal untuk mencapai hasil pembelajaran yang
diinginkan (Degeng,
1997). Metode pembelajaran
mengacu pada cara yang digunakan dalam kondisi
tertentu untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan, sedangkan strategi pembelajaran mengacu
pada penataan cara-cara memilih, menetapkan,
dan mengembangkan strategi pembelajaran sehingga terwujud suatu urutan langkah yang
prosedural yang dapat dipakai untuk mencapai hasil yang diinginkan (Mularsih,
2010).
2.2 Hasil Belajar
2.2.1 Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah perolehan siswa setelah
mengikuti proses belajar dan
perolehan tersebut meliputi tiga
bidang
kemampuan, yaitu kognitif, afektif,
dan
psikomotor (Bloom, 1974). Hasil belajar memiliki ciri
(1)
tingkah laku baru berupa kemampuan yang aktual, (2) kemampuan baru tersebut berlaku dalam waktu yang lama, dan
(3) kemampuan
baru
tersebut diperoleh melalui
suatu peristiwa belajar
(Snelbecker,
1974). Perbuatan dan hasil belajar itu dapat dimanifestasikan dalam wujud (1) pertambahan materi pengetahuan
yang berupa fakta; informasi, prinsip atau hukum
atau kaidah prosedur atau pola kerja atau teori sistem
nilai-nilai dan sebagainya,
(2) penguasaan pola-pola perilaku kognitif
(pengamatan) proses berpikir; mengingat
atau
mengenal kembali, perilaku afektif (sikap-sikap apresiasi,
penghayatan, dan sebagainya); perilaku psikomotorik (keterampilan-keterampilan psikomotorik
termasuk yang
bersifat ekspresif), dan (3) perubahan dalam
sifat- sifat kepribadian
baik yang tangible
maupun intangible (Syamsudin, 2001) dalam (Mularsih, 2010).
Untuk mengukur keberhasilan siswa
dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik
dengan tes tertulis
maupun tes lisan,
dan perbuatan, serta observasi atau
pengamatan. Menurut
Howard
Kingsley dalam (Sujana, 2002:45)
membagi
tiga
macam
hasil belajar yaitu: (1) keterampilan dan kebiasaan, (2) pengetahuan dan pengertian, dan
(3) sikap dan cita-cita. Masing-masing golongan dapat diisi dengan bahan-bahan yang
ditetapkan dalam kurikulum sekolah (Budiardjo, 2010).
Sedangkan menurut Winkel (1991:106) hasil belajar
merupakan bukti keberhasilan yang telah
dicapai seseorang dimana kegiatan
belajar dapat menimbulkan suatu perubahan yang khas
(Budiardjo, 2010).
Dari hasil definis
tersebut,
hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan,
keterampilan dan kebiasaan dengan acara mengembangkan melalui tes
tertulis, tes lisan,
perbuatan dan obcervasi atau pengamatan, serta tugas kelompok, tugas indvindu, tugas di
rumah,
dan ulangan harian yang dilakukan oleh
guru
(Budiardjo, 2010).
Hergenhahn dan Olson
(1993) dalam (Mularsih, 2010) berpendapat bahwa belajar adalah sebagai perubahan yang relatif tetap di dalam perilaku atau
perilaku potensial sebagai hasil dari proses
pengalaman dan bukan atribut
dari perubahan atau pertumbuhan kondisi fisik yang
diakibatkan oleh sakit, keletihan atau obat-obatan.
2.2.2 Faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar siswa
Faktor-faktor
yang mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu faktor intern dan faktor ekstern.
Faktor intern terdiri atas faktor-faktor jasmaniah, psikologi, minat, motivasi
dan cara belajar. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar
yang berasal dari peserta didik yang sedang belajar. Faktor dari dalam ini
meliputi kondisi fisiologis dan kondisi psikologi. Kondisi fisiologis adalah
keadaan jasmani dari seseorang yang sedang belajar, keadaan jasmani dapat
dikatakan sebagai latar belakang aktivitas belajar. Sedangkan kondisi
psikologis yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah kecerdasan,
bakat, minat, motivasi, emosi dan kemampuan kognitif. Faktor ekstern yaitu
faktor-faktor keluarga, sekolah dan masyarakat. Salah satu faktor ekstern yang
mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah faktor sekolah, yang mencakup metoda
mengajar, kurikulum, relasi guru siswa, sarana, dan sebagainya (Suryosubroto,
2010).
Hasil belajar
siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh
lingkungan. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah faktor intern (dari
dalam) diri siswa dan faktor ekstern (dari luar) siswa. Berkaitan dengan faktor
dari dalam diri siswa, selain faktor kemampuan, ada juga faktor lain yaitu
motivasi, minat, perhatian, sikap, kebiasaan belajar, ketekunan, kondisi sosial
ekonomi, kondisi fisik dan psikis. Kehadiran faktor psikologis dalam belajar
akan memberikan andil yang cukup penting. Faktor-faktor psikologis akan
senantiasa memberikan landasan dan kemudahan dalam upaya mencapai tujuan
belajar secara optimal. Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat
disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah
faktor internal siswa antara lain kemampuan yang dimiliki siswa tentang materi
yang akan disampaikan, sedangkan faktor eksternal antara lain strategi
pembelajaran yang digunakan guru di dalam proses belajar mengajar. Dalam
pembelajaran metode merupakan suatu cara atau tehnik yang di gunakan oleh guru
dalam menyampaikan materi pelajaran sehingga dapat mempermudah pencapaian pesan
dan mempercepat pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan (Suryosubroto,
2010).
Perubahan dan
inovasi keduanya sama dalam hal memiliki unsur yang baru atau lain dari
sebelumnya. Tetapi inovasi berbeda dengan perubahan, karna dalam inovasi ada
unsur kesengajaan. Pembaruan misalnya dalam hal pembaruan sistim pengajaran
(instructional system) apalagi dalam hal pembaruan kebijaksanan pendidikan
umumnya mengandung unsur kesengajaan, dan kerenanya istilah pembaruan pada
umumnya dapat disamakan dengan inovasi. Meningkatkan kemampuan adalah tujuan
utama dari inovasi yaitu kemampuan pada sumber-sumber tenaga, uang dan sarana,
termasuk sumber dan prosedur organisasi. Sehingga keseluruhan sistem perlu
ditingkatkan agar semua tujuan yang telah direncanakan dapat dicapai dengan
sebaik-baiknya (Suryosubroto, 2010).
2.3
Metode Jigsaw
2.3.1 Defenisi Model Pembelajaran
Teknik Jigsaw
Dari sisi etimologi Jigsaw berasal dari
bahasa ingris yaitu gergaji ukir dan ada juga yang menyebutnya dengan istilah Fuzzle,
yaitu sebuah teka teki yang menyususn potongan gambar. Pembelajaran kooperatif
model jigsaw ini juga mengambil pola cara bekerja sebuah gergaji ( jigsaw),
yaitu siswa melakukan sesuatu kegiatan
belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan
bersama. Model pemebelajaran kooperatif model jigsaw adalah sebuah model
belajar kooperatif yang menitik beratkan
kepada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil, seperti yang
diungkapkan Lie ( 1993: 73), bahwa pembelajaran kooperatif model jigsaw ini merupakan
model belajar kooperatif dengan
cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri atas empat sampai dengan enam orang secara heterogen dan
siswa bekerja sama salaing
ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri. Dalam model
pembelajaran jigsaw ini siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengemukanakan pendapat, dan mengelolah
informasi yang didapat dan dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasii,
anggota kelompok bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang
dipelajari, dan dapat menyampaikan kepada kelompoknya ( Rusman, 2008.203) dalam
(Fadhly)
Dalam model ini guru membagi satuan
informasi yang besar menjadi komponen-komponen lebih kecil. Selanjutnya, guru
membagi siswa ke dalam kelompok belajar kooperatif, yang terdiri atas empat
orang siswa sehingga anggota bertanggung jawab terhadap penugasan setiap
komponen atau subtropik yang ditugaskan guru sebaik-baiknya. Siswa dari
tiap-tiap kelompok yang bertanggung jawab terhadap subtropik yang sama
membentuk kelompok lagi yang terdiri atas dua atau tiga orang (Hamdani, 2011).
Siswa-siswa ini bekerja sama untuk
menyelesaikan tugas kooperatifnya dalam: (a) belajar dan menjadi ahli dalam
subtropik bagiannya, (b) merencanakan cara mengajarkan subtropik bagiannya
kepada anggota kelompok semula. Setelah itu, siswa tersebut kembali lagi kepada
kelompok masing-masing sebagai “ahli” dalam subtropiknya dan mengajarkan
informasi penting dalam subtropik tersebut kepada temannya. Ahli dalam
subtropik lainnya juga bertindak serupa. Dengan demikian, seluruh siswa
bertanggung jawab untuk menunjukkan penguasaannya terhadap seluruh materi yang
ditugaskan oleh guru. Oleh karena itu, setiap siswa dalam kelompok harus
menguasai topik secara keseluruhan (Hamdani, 2011)
Metode Belajar kooperatif jigsaw siswa dibagi menjadi beberapa tim yang
anggotanya terdiri dari 5
atau 6 siswa dengan karakteristik
heterogen atau berbeda. Bahan ajar atau modul dibagikan pada siswa dalam bentuk teks dan tiap siswa bertanggung
jawab untuk mempelajari suatu
bagian dari bahan teks atau
modul tersebut (Budiardjo, 2010).
Para anggota dari beberapa tim yang berbeda memiliki tanggung jawab untuk mempelajari modul atau materi yang sama dan selanjutnya berkumpul untuk saling
membantu mengkaji bagian bahan ajar tersebut yang disebut dengan kelompok
pakar (expert group). Selanjutnya para siswa yang berada dalam
kelompok pakar kembali ke
kelompok semula untuk mengajar anggota lain mengenai materi yang telah dipelajari oleh
kelompok pakar
(Budiardjo, 2010).
Dalam pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw, siswa lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep sulit apabila
mereka saling mendiskusikan masalah-masalah tersebut dengan temannya. Melalui
diskusi, akan terjadi elaborasi kognitif yang baik sehingga dapat meningkatkan
daya nalar dan meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran, serta
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan pendapatnya (Hamdani,
2011).
Beberapa peneliti menunjukkan bahwa
model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memiliki dampak positif terhadap
kegiatan belajar mengajar, yakni meningkatkan aktivitas guru dan siswa selama
pembelajaran, meningkatkan minat siswa dalam mengikuti pembelajaran (Hamdani,
2011).
Selain itu, pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw merupakan lingkungan belajar yang mendorong siswa untuk belajar
bersama dalam kelompok kecil yang heterogen, untuk menyelesaikan tugas-tugas
pembelajaran. Siswa melakukan interaksi sosial untuk materi yang diberikan
kepadanya, dan bertanggung jawab menjelaskan kepada anggota kelompoknya. Jadi,
siswa dilatih untuk berani berinteraksi dengan teman-temannya (Hamdani, 2011).
2.3.2 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
Jigsaw
Menurut
Rusman, (dalam Fadhly) pembelajaran model jigsaw ini dikenal juga dengan
kooperatif para ahli. Karena anggota setiap kelompok dihadapkan pada
permasalahan yang berbeda. Namun, permasalahan yang dihadapi setiap kelompok
sama, kita sebut sebagai team ahli yang bertugas membahas permasalahan yang
dihadapi. Selanjutnya, hasil pembahasan itu di bawah kekelompok asal dan
disampaikan pada anggota
kelompoknya.
Kegiatan yang dilakukan sebagai berikut:
1. Melakukan mambaca untuk
menggali imformasi. Siswa memperoleh topik- topik permasalahan untuk di baca sehingga mendapatkan
informasi dari permasalahan tersebut
2. diskusi kelompok ahli.siswa yang telah mendapatka topik
permasalahan yang sama bertemu dalam satu kelompokataqu kita sebut dengan
kelompok ahli untuk membicaran topic permasalahan tersebut.
3. Laporan kelompok,
kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan menjelaskan dari hasil yang
didapat dari diskusi tim ahli.
4. Kuis dilakukan mencakup
semua topik permasalahan yang dibicarakan tadi.
5. Perhitungan sekor
kelompok dan menetukan penghargaan kelompok.
Sedangkan menurut Aronson, Blaney, Stephen,
Sikes and Snapp (1978 ) yang dikutip
Riyanto (2012), mengemukakan
langkah-langkah kooperatif model jigsaw sebagai
berikut:
1.
Siswa dikelompokan ke dalam
= 4 anggota tim
2.
Tiap orang dalam tim diberi bagian materi berbeda
3.
Tiap orang dalam tim diberi
bagian materi yang ditugaskan
4.
Anggota dari tim yang
berbeda yang telah mempelajari bagian/subb yang sama bertemu dalam kelompok
baru (kelompok ahli) untuk mendiskusiksn sub bab mereka.
5.
Setelah selesai diskusi
sebagai tim ahli tiap anggota kembali kedalam kelompok asli dan bergantian
mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kusai dan tiap
anggota lainnya mendengarkan dengan seksama
6.
Tiap team ahli
mempresentasikan hasil diskusi
7.
Guru memberi evaluasi
8.
Penutup
Langkah – langkah
pada metode jigsaw ini antara lain ( Mursitho, 2011) :
1. Sub
tropik 1 berikan kepada kelompok A, sub tropik 2 kepada kelompok B, subtropik 3
kepada kelompok C
2. Masing-masing
kelompok berdiskusi
3. Pilih
tiap-tiap kelompok 1 pembicara
4. Masing-masing
pembicara berbicara di depan kelompoknya masing-masing, apabila sudah dianggap
tepat dan bagus baru diangkat menjadi konsulat
5. Instruksikan
konsulat kelompok A memberikan pengajaran kepada kelompok B, konsulat kelompok
B menyampaikan di kelompok C, dan konsulat kelompok C menyampaikan dikelompok A
6. Putar
lagi konsulat kelompok A menyampaikan di C, konsulat B menyampaikan di A,
konsulat C menyampaikan di B
7. Simpulkan
2.4 Materi
Evolusi
2.4.1 Pengertian Evolusi
Perubahan-perubahan
yang terjadi pada makhluk hidup dari zaman ke zaman dipelajari dalam suatu
teori yang disebut teori evolusi. Evolusi dalam biologi berarti proses kompleks
pewarisan sifat organisme yang berubah dari generasi ke generasi dalam kurun
waktu jutaan tahun. Evolusi mempelajari bagaimana spesies baru dapat muncul
dari berbagai spesies tumbuhan dan hewan dalam jangka waktu tertentu. Evolusi
juga mempelajari bagaimana spesies-spesies yang berbeda dapat memiliki
kekerabatan (Pratiwi dkk, 2007):
2.4.2 Asal usul Kehidupan
Asal usul
kehidupan, diantaranya, yaitu (Khristiyono, 2008) :
a.
Teori kreasi khas menyatakan bahwa kehidupan
diciptakan oleh kekuatan supernatural/gaib/Tuhan
b.
Teori kosmozoan menyatakan bahwa kehidupan berasal
dari luar angkasa dan masuk ke bumi melalui benda langit yang sampai ke bumi
c.
Teori abiogenesis menyatakan bahwa kehidupan dapat
muncul secara spontan dari benda mati. Teori ini dikemukakan oleh Aristoteles
dan diperkuat melalui temuan mikroskop oleh Antony Van Leuwenhoek, yaitu adanya
mikroorganisme pada rendaman jerami
d.
Teori biogenesis menyatakan bahwa kehidupan berasal
dari makhluk hidup yang sudah ada sebelumnya. Penelitian yang dilakukan untuk
mendukung teori biogenesis dan menolak abiogenesis dilakukan oleh:
-
Fransisco Redi; menempatkan sekerat daging pada toples
yang terbuka dan tertutup. Setelah beberapa hari muncul belatung pada toples
yang tidak tertutup
-
Lazzaro Spallanzani; mendidihkan kaldu pada labu yang
tertutup dan terbuka setelah itu dibiarkan beberapa hari. Hasilnya labu yang
terbuka keruh, sedangkan labu yang tertutup tetap jernih,
-
Louis Pasteur mendidihkan kaldu pada labu yang diberi
tutup pipa berbentuk leher angsa sehingga mulut labu tetap terbuka, tetapi di
dalam pipa leher angsa terdapat air yang menutup labu dari dunia luar.
Hasilnya, kaldu dalam labu tersebut tetap jernih. Hasil eksperimen ketiganya,
terutama Louis Pasteur, menunjukkan kebenaran teori biogenesis sekaligus
menggugurkan teori abiogenesis. Teori biogenesis berbunyi “Omne vivum ex ovo, omne vivum ex vivo”
e.
Teori evolusi menjelaskan terbentuknya makhluk hidup
melalui proses perubahan pada makhluk yang berlangsung secara perlahan dan
jangka waktu yang lama. Beberapa teori evolusi yang telah dirumuskan para ahli
biologi diantaranya:
-
Jean Baptista Lamarck mengemukakan bahwa alam sekitar
(lingkungan) mempunyai pengaruh terhadap perubahan organ organisme (adaptasi)
dan perubahan tersebut diwariskan. Organ yang sering digunakan akan berkembang,
sedangkan organ yang tidak digunakan mengalami kemunduran. Teori ini
menjelaskan munculnya jerapah berleher panjang karena daun yang semakin tinggi
-
Charles Darwin mengemukakan hipotesis seleksi alam
dalam bukunya yang berjudul “On The
Origin of Spesies by means of Natural Selection”. Menurut teori evolusi
Darwin, munculnya jerapah berleher panjang dapat dijelaskan bahwa dalam
populasi jerapah terdapat variasi ukuran leher. Oleh karena makanan
(daun-daunan) semakin tinggi, maka jerapah berleher panjang akan bertahan
hidup, sedangkan jerapah berleher pendek akan punah
2.4.3 Bukti Adanya Evolusi
Beberapa bukti yang mendukung teori
evolusi Darwin, yaitu (Khristiyono, 2008) :
a)
Adanya variasi individu, mengakibatkan tidak adanya
individu identik, bahkan makhluk hidup yang kembar identik (1 telur) masih
memiliki variasi
b)
Homologi, organ-organ yang mempunyai asal sama, tetapi
fungsi berbeda. Analogi adalah organ yang fungsinya sama, tetapi berasal dari
struktur yang berbeda.
c)
Embrio perbandingan, menunjukkan adanya persamaan :
-
Urutan perkembangan embrio hewan dari
fertilisasi-zigot-blastula-gastrula-diferensiasi dan spesialisasi
-
Bentuk embrio yang mirip pada hewan vertebrata dan
semuanya mempunyai kantong insang yang kemudian mengalami perkembangan yang
berbeda
d)
Fosil, adalah sisa-sisa organisme yang telah membatu.
BAB
III
METODE PENELITIAN
3.1 Setting Penelitian
3.1.1 Tempat
Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 4 Pontianak untuk mata pelajaran IPA Biologi yang ditujukan
pada siswa kelas XII IPA.
3.1.2 Waktu
Penelitian
Penelitian
ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juni. Penelitian mengacu pada
kalender akademik sekolah, karena PTK memerlukan beberapa siklus yang
membutuhkan proses belajar mengajar yang efektif di kelas.
3.1.3 Siklus PTK
PTK ini dilaksanakan melalui 2
siklus untuk melihat peningkatan hasil belajar siswa dalam mengikuti mata
pelajaran IPA Biologi terutama pada materi Evolusi melalui pembelajaran
kooperatif metode Jigsaw.
3.2 Subjek Penelitian
Dalam PTK ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas XII IPA 1
SMA Negeri 4 Pontianak yang terdiri dari 35 siswa dengan komposisi laki laki 15
siswa dan perempuan 20 siswa.
3.3 Sumber Data
3.3.1 Siswa
Untuk
mendapatkan data tentang hasil belajar siswa dalam proses belajar mengajar
3.3.2 Guru
Untuk
melihat tingkat keberhasilan implementasi pembelajaran kooperatif dengan metode
Jigsaw dan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran.
3.3.3 Teman
Sejawat dan Kolabolator
Teman
sejawat dan kolabolator dimaksudkan sebagai sumber data untuk melihat
implementasi PTK secara komprehensif, baik dari sisi siswa maupun guru.
3.4 Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam PTK ini adalah teknik
observasi, baik pada siswa maupun guru, teknik wawancara untuk klarifikasi pada
suatu tanggapan maupun wawancara secara mendalam, listen study untuk
mengkomunikasikan atau bertanya dengan sesama guru mata pelajaran. Selain itu
juga teknik tes objektif yang dibuat oleh peneliti dan kolabolator. Dalam
melakukan observasi diigunakan format observasi pada siswa dan guru. Pada saat
melakukan wawancara juga digunakan panduan wawancara untuk menggali minat,
sikap, dan perasaan, peghargaan siswa saat melakukan suatu prestasi atau
kesalahan.
3.5 Analisis Data
Penelitian
ini termasuk penelitian kualitatif. Data yang telah diperoleh secara
kuantitatif kemudian dianalisis dengan analisis deskriptif. Data yang
dianalisis meliputi hasil pengamatan karakter siswa pada proses dan hasil
belajar siswa pada pembelajaran IPA Biologi materi Evolusi.
Dalam
menganalisis data digunakan deskriptif komparatif yang dilanjutkan dengan
refleksi. Deskriptif komparatif dilakukan dengan membandingkan data kondisi
awal, siklus I dan siklus II dari hasil belajar siswa. Hal ini untuk mengetahui
adanya kenaikan dan perbedaan. Membandingkan data tidak menggunakan statistik,
melainkan dengan cara mendeskripsikan hasil komparatif yang dianalisis bersama
kolaborator. Refleksi artinya menarik simpulan berdasarkan deskriptif
komparatif kemudian dilanjutkan memberikan ulasan dan langkah-langkah untuk tindak
lanjut hasil.
3.6 Prosedur
Penelitian
Penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan metode penelitian
tindakan kelas
yang
terdiri dari dari tiga siklus. Langkah-langkah dalam
setiap siklus terdiri dari empat
kegiatan
yaitu:
1)
Perencanaan (Planning),
Pelaksanaan tindakan (Acting),
Pengamatan
(Observing),
dan refleksi (Reflecting).
Pada siklus 1, langkah-langkah penelitian yang dilaksanakan pada siklus 1 adalah Perencanaan (Planning) meliputi:
a)
Penyusunan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP).
b)
Penyusunan Rencana pembentukan kelompok belajar, tiap kelompok terdiri
dari 5
– 6 siswa
c) Menyiapkan instrumen observasi
2) Pelaksanaan
Tindakan (Acting).
Proses
pembelajaran dilaksanakan sesuai Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang telah dipersiapkan meliputi:
(a) Memberi penjelasan tentang
belajar kooperatif jigsaw
(b) Membagi siswa menjadi enam kelompok setiap
kelompok
terdiri dari lima sampai enam
siswa yang disebut kelompok jigsaw
(c) Pembelajaran dibagi menjadi beberapa bagian, masing-masing
siswa mendapat satu bagian yang harus
diselesaikan. Siswa yang mendapat bagian sama berkumpul membentuk kelompok baru
yang
disebut“counterpart group”atau kelompok ahli
(d) Dalam
kelompok ahli
siswa mengerjakan tugas bersama, berdiskusi,
mengklarifikasi dan merencanakan bagaimana cara untuk menyampaikan hasil dari penyelesaian tugas kepada anggota kelompok semula atau kelompok jigsaw
(e) Setelah siap siswa kembali ke kelompok
jigsaw, dan masing-masing siswa menjelaskan hasil penyelesaian tugas kepada teman
yang
lain, secara bergiliran sehingga setiap siswa
memiliki semua tugas yang diberikan guru.
(f) Sebagai evaluasi dari hasil kerja kelompok
beberapa siswa ditunjuk
untuk mempresentasikan hasil diskusinya, dihadapan
kelompok lain
(g) Melakukan pemantauan dan bimbingan. (h) Setiap akhir siklus siswa mengerjakan soal tes formatif.
3) Pengamatan (Observing). Dengan menggunakan instrument observasi yang
telah disediakan, selama pelaksanaan kegiatan dilakukan pengamatan mengenai keterlibatan
atau
keaktifan siswa dalam pembelajaran.
4) Refleksi (Reflecting). Refleksi dilakukan untuk mengetahui
sejauh
mana efektivitas pelaksanaan
siklus
I, kekurangan dan kelebihan yang timbul pada siklus I tersebut dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
melakukan tindakan pada siklus berikutnya. Pada siklus II, langkah-langkah
penelitian yang dilaksanakan sama dengan
langkah-langkah
pada siklus I.
Daftar
Pustaka
Budiardjo, Setu.
Penerapan
Metode Belajar Kooperatif Jigsaw Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Kelas XII Teknik Pengendaraan Ringan-2 SMK Negeri 5 Semarang Dalam Menyelasaikan Turunan Fungsi. Jurnal Penelitian.
Fadhly, M.Pd. Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Jigsaw.
Jurnal Penelitian.
Hamdani, M.A. 2011. Strategi
Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.
Khristiyono.
2008. Biologi SMA dan MA. Jakarta:
ESIS.
Kunandar,
S.Pd., M.Si. 2008. Langkah Mudah
Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jagakarsa:
Raja Grafindo Persada.
Mularsih, Heni. Strategi Pembelajaran Tipe Kepribadian dan Hasil Belajar Bahasa
Indonesia Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama. Jurnal Penelitian. Vol 14 No 1. 2010.
Murshito,
Joko. 2011. Mengajar dengan Sukses.
Jakarta: Pustaka Tunasmedia.
Nur
hidayah, M.Pd. 2013. Panduan Praktis
Penyusunan dan Pelaporan PTK. Tegal: Prestasi Pustaka Publisher.
Pratiwi,
dkk. 2007. Biologi untuk SMA Kelas XII.
Jakarta: Erlangga.
Riyanto,
Yatim. 2012. Paradigma Baru Pembelajaran.
Surabaya: Kencana.
Santoso,
Dwi. Penerapan
Pembelajaran Kooperatif Metode Jigsaw Untuk
Meningkatan Perilaku Sosial Dan
Prestasi Belajar Pada Mata Pelajaran Geografi Siswa Kelas Xi Ips 2 Sma Negeri Jumapolo Karanganyar
Tahun Pelajaran 2006/2007. Jurnal
Penelitian.
07.51
No komentar